TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Tradisi menyirih merupakan tradisi yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia.
Tradisi menyirih atau menguyah sirih merupakan tradisi yang sudah mengakar dalam masyarakat, termasuk masyarakat Dayak.
Secara umum ada tiga bahan sebagai unsur utama dari nyirih, yakni pinang, daun sirih, serta kapur sirih.
Di setiap daerah, tradisi menyirih memiliki makna yang berbeda-beda, namun secara umum tradisi ini membawa nilai kebaikan.
Bagi masyarakat Dayak, sirih memiliki makna yang sangat mendalam.
Berikut adalah simbol dari setiap item bahan nyirih menurut masyarakat Dayak, yaitu:
1. Pinang
Sebagai simbol peneduh, keberanian, kemandirian, kebersamaan, dan simbol saling berbagi.
2. Daun Sirih
Sebagai simbol keterbukaan, gotong royong, kesinambungan, keteladanan, kehati-hatian, arif bijaksana dan simbol musyawarah untuk mufakat.
3. Gambir
Sebagai simbol ketegasan, kegigihan, ketegasan pendirian dan sikap simbol optimistis.
4. Kapur sirih
Sebagai simbol kesucian, penanda harmoni, dan simbol komunikasi dengan dunia langit.
5. Tembakau
Sebagai simbol semangat, energi, kehidupan, kelimpahan sumber daya, dan simbol perekat.
6. Wadah perlengkapan menyirih
Sebagai simbol pemersatu multikultural, rasa syukur, toleransi, kesejahteraan, kemakmuran, kejayaan.
Salah satu masyarakat, Ribka Sonita mengatakan masyarakat harus senantiasa merawat dan mempertahankan keenam unsur filosofi eksistensi manusia Dayak yang bersumber dari warisan kearifan leluhur.
"Terutama karena keenam unsur itu adalah jati diri orang dayak. Selain itu, di tengah perkembangan zaman, kita harus tetap bersikukuh bahwa kita adalah orang Dayak yang bangga dan mampu bersatu untuk membangun Mahulu," pesannya. (*)