Para peneliti menggunakan model AI yang dilatih dengan ucapan manusia untuk memecahkan kode bahasa rahasia anjing. Studi ini berasal dari para peneliti di University of Michigan, Institut Astrofisika Nasional Meksiko, dan Institut Optik dan Elektronik.
Hasilnya yang telah dipresentasikan di sebuah konferensi internasional, menunjukkan bagaimana model AI saat ini dapat menjadi kunci untuk memahami bahasa hewan, setidaknya sampai tingkat tertentu.
"Masih banyak yang belum kita ketahui tentang hewan-hewan yang berbagi dunia ini dengan kita," kata Rada Mihalcea, Direktur Laboratorium AI Universitas Michigan yang dikutip detikINET dari Gizmodo, Minggu (13/7/2024).
"Kemajuan AI dapat digunakan untuk merevolusi pemahaman kita tentang komunikasi hewan, dan temuan kami menunjukkan bahwa kita mungkin tidak perlu memulai dari awal," lanjutnya.
Penelitian ini diketahui menggunakan model ucapan AI yang canggih, Wav2Vec2, untuk mengidentifikasi emosi, jenis kelamin, dan ras anjing di balik gonggongan tertentu.
Para peneliti menggunakan dua set data yang berbeda untuk pelatihan dan membandingkan hasilnya. Pertama dilatih dari awal hanya dengan gonggongan anjing, dan satu lagi dilatih dengan ucapan manusia dan kemudian disesuaikan dengan gonggongan anjing.
Model yang telah dilatih sebelumnya dengan hampir 1.000 jam rekaman suara manusia bekerja lebih baik. Para peneliti kemudian menyempurnakan model tersebut pada kumpulan data yang terdiri dari vokalisasi (gonggongan) dari 74 anjing yang terdiri dari 42 Chihuahua, 21 Pudel Prancis, dan 11 Schnauzer.
Model AI yang dilatih pada manusia dan anjing ini mampu mengidentifikasi emosi anjing dengan akurasi 62%, ras dengan akurasi 62%, jenis kelamin dengan akurasi 69%, dan mengidentifikasi anjing tertentu dari sekumpulan anjing dengan akurasi 50%.
Semua skor ini melampaui model AI yang baru saja dilatih pada anjing, yang menunjukkan bahwa suara dan pola yang berasal dari ucapan manusia berpotensi menjadi dasar untuk memahami hewan.
Dalam mencoba mengurai emosi di balik gonggongan anjing, para peneliti berhipotesis bahwa vokalisasi anjing terkait dengan konteksnya. Bukti yang ada menunjukkan bahwa suara yang dikeluarkan monyet dan anjing padang rumput dapat diprediksi berdasarkan konteks situasi yang mereka hadapi.
Beberapa emosi yang coba peneliti tetapkan pada anjing dalam penelitian ini adalah gonggongan agresif, gonggongan normal, pekikan negatif, dan dengusan negatif. Meskipun anjing mungkin mengalami lebih banyak emosi, suara-suara ini sebagian besar tersedia dalam kumpulan data mereka.
"Dengan menggunakan model pemrosesan suara yang awalnya dilatih pada ucapan manusia, penelitian kami membuka jendela baru tentang bagaimana kami dapat memanfaatkan apa yang telah kami bangun sejauh ini dalam pemrosesan suara untuk mulai memahami nuansa gonggongan anjing," kata Mihalcea.
Ke depannya, para peneliti mengatakan bahwa mereka ingin menguji lebih banyak ras, emosi, dan spesies untuk memahami sejauh mana teknologi ini. Ini adalah pertama kalinya model ucapan manusia digunakan untuk memecahkan kode komunikasi hewan, dan ini bisa menjadi dasar untuk memahami bahasa hewan.
Meskipun penelitian ini tentu saja tidak definitif dalam mengurai makna dari semua gonggongan anjing, para peneliti melihatnya sebagai langkah yang menjanjikan ke arah itu.