Jago matematika atau ahli dalam banyak bahasa menjadi ciri khas dari anak berbakat. Namun mereka yang kerap disebut gifted kid ini, juga rentan mengalami gifted kid burnout. Apa itu?
Cerdas dalam berbagai bidang tidak selalu menyenangkan. Anak berbakat sering kali berjuang dengan ekspektasi yang tinggi dan dorongan untuk menjadi sempurna. Akibatnya, banyak anak berbakat mengalami sesuatu yang dikenal sebagai kelelahan anak berbakat atau gifted kid burnout.
"Sesuai dengan namanya, burnt out gifted kid terjadi ketika anak berbakat mengalami kelelahan, frustasi, dan motivasi yang menurun karena tekanan terus-menerus untuk berprestasi dan memenuhi ekspektasi yang tinggi," kata Monika Roots, MD, psikiater anak dan salah satu pendiri Bend Health dalam Very Well Mind.
Seberapa umum gifted kid burnout, seperti apa bentuknya, dan apa dampaknya? Simak berikut ini.
Roots menerangkan, jika menjadi anak berbakat terkadang terasa seperti sedang berlomba tanpa garis finish.
"Karena anak atau remaja berbakat, mereka sering kali didorong oleh perfeksionisme dan tekanan masyarakat, yang selalu menjauhkan tujuan," jelasnya.
Meskipun mereka sudah berusaha, garis finish terus bergeser karena standar yang terus meningkat. Membuat mereka terus mengejar garis finish yang tidak dapat dicapai.
Ketika ini terjadi, banyak anak yang menyerah begitu saja. Mereka menjadi kelelahan berupa mental, emosional, dan fisik karena harus terus-menerus tampil dengan tingkat stres dan ekspektasi yang ekstrem.
Kelelahan anak berbakat adalah fenomena yang wajar, kata Rachel Goldberg, licensed marriage and family therapists (LMFT), pendiri Rachel Goldberg Therapy di Los Angeles. Orang tua bisa melihat tanda-tanda ini dari perilaku anak yang mulai tidak wajar.
"Hal ini terkadang dapat bermanifestasi dalam penurunan kinerja dan motivasi, tetapi lebih sering muncul sebagai peningkatan sifat mudah marah, penarikan diri dari pergaulan, atau masalah kesehatan mental seperti OCD [obsessive compulsive disorder], kecemasan, atau gangguan makan," jelas Goldberg.
Saat ini, belum ada penelitian khusus tentang seberapa umum burnout terjadi di kalangan anak berbakat. Tetapi ini merupakan fenomena umum di kalangan anak-anak dan remaja secara umum. Para ahli mengatakan bahwa hal ini juga cukup umum terjadi di kalangan anak berbakat.
"Menurut saya, burnout sangat umum terjadi di kalangan anak berbakat, tetapi biasanya bersifat sementara," jelas Dr. Goldberg.
"Lebih jarang terjadi burnout yang berkembang menjadi kondisi yang parah. Tetapi pasti terjadi dalam situasi di mana anak mulai mengidentifikasi dirinya sendiri hanya melalui bakatnya," sambungnya.
Umumnya ada beberapa faktor berbeda yang berinteraksi sekaligus, seperti:
Anak-anak berbakat sering kali merasa cukup mudah untuk berprestasi secara akademis saat mereka masih muda. Namun ketika ekspektasi lebih tinggi dan beban kerja lebih signifikan, anak-anak berbakat mulai berjuang lebih keras.
Goldberg menjelaskan jika orang tua atau guru memberikan ekspektasi yang lebih tinggi pada anak.
"Mungkin mendorong anak lebih intens daripada yang mereka lakukan terhadap saudara kandung lainnya atau dibandingkan dengan teman sebayanya," ujarnya.
Jika orang tua atau guru mengungkapkan kekecewaan ketika kinerja anak berbakat hanya rata-rata, anak dapat menjadi stres dan kelelahan. Anak-anak akan mulai memahami hal ini dan mulai merasa bahwa mereka perlu terus-menerus tampil di atas rata-rata sebagai anak berbakat.
Kondisi ini akan terlihat berbeda untuk setiap anak, tergantung pada keadaan hidup, kepribadian, usia, dan temperamen mereka. Gifted kid burnout ini bisa terlihat mirip dengan jenis burnout lainnya.
Menurut definisi burnout dari National Institutes of Health, ada tiga tanda utama burnout: kelelahan, keterasingan dari pekerjaan (atau kegiatan yang berhubungan dengan sekolah), dan penurunan kinerja.
Pada anak-anak berbakat, burnout sering kali dapat bermanifestasi sebagai keluhan kesehatan fisik, seperti nyeri perut fungsional, mual, sakit kepala, pusing, insomnia, atau hipersomnia.
Anak-anak juga dapat menunjukkan gejala emosional yang intens, seperti menutup diri tentang segala hal. Beberapa anak berbakat yang mengalami burnout mungkin juga menunjukkan tanda-tanda isolasi dan kurangnya motivasi.
Jika kamu adalah orang tua yang memiliki anak berbakat dengan kondisi serupa, kamu mungkin merasa stres dan tidak yakin harus berbuat apa. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mencegah kelelahan anak berbakat, seperti:
1. Jangan menekankan kesempurnaan pada anak
2. Ajari anak untuk belajar dari kegagalan dan memiliki "pola pikir berkembang".
3. Dorong anak untuk berkembang di bidang-bidang selain akademis, seperti hobi dan kegiatan ekstrakurikuler.
4. Ajari anak untuk mengambil waktu istirahat belajar.
5. Jangan bandingkan anak dengan saudara kandung, teman, teman sekelas, atau prestasi sekolah orang tua
6. Jangan hubungkan prestasi akademis dengan dicintai atau diterima.
7. Jika anak diterima di program berbakat atau kelas akselerasi, diskusikan pro dan kontra dengan mereka dan biarkan mereka memilih untuk mengatakan "tidak".
Jika kamu memiliki anak berbakat dan khawatir tentang kondisi mereka, Goldberg menyarankan agar orang tua berkonsultasi dengan konselor sekolah, guru, atau terapis anak.
Nah, itu dia penjelasan mengenai gifted kid burnout. Semoga membantu, ya!