Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif atau dikenal juga Collective Security Treaty Organization (CSTO) merupakan aliansi militer beberapa negara pecahan Uni Soviet, termasuk Rusia. Aliansi ini berdiri pertama kali pada 1992 di Uzbekistan.
Didirikannya CSTO dengan maksud menjalin kerja sama antar negara anggotanya dalam berbagai bidang, antara lain keamanan dan perlindungan wilayah. Aliansi ini juga mirip Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization (NATO), yang mana bila anggotanya diserang maka lainnya harus menolong.
Lantas, bagaimana sejarah dan kontribusi CSTO bagi negara anggotanya? Simak di bawah ini.
Dilansir situs resminya, CSTO berawal dari hasil Perjanjian Keamanan Kolektif atau Collective Security Treaty yang ditandatangani pada 15 Mei 1992 oleh para pemimpin dari enam negara pasca jatuhnya Uni Soviet yakni Armenia, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, Tajikistan, dan Uzbekistan.
Lokasi penandatangan pakta kala itu berada di Tashkent, Uzbekistan. Pada 1993, tiga negara lain yaitu Azerbaijan, Belarusia, dan Georgia turut bergabung. Perjanjian pun mulai berlaku efektif pada 20 April 1994.
Pasal utama dari perjanjian tersebut yakni Pasal 4, yang berbunyi: "Jika salah satu negara peserta menjadi sasaran agresi oleh negara atau kelompok negara mana pun, maka hal itu akan dianggap sebagai agresi terhadap semua negara pihak pada Perjanjian ini."
Pasal tersebut memiliki artian, bila terjadi serangan terhadap salah satu negara anggota, maka semua negara anggota lainnya akan memberi bantuan yang diperlukan, termasuk bantuan militer. Dukungan lain dalam melaksanakan hak atas pertahanan kolektif sesuai Pasal 51 Piagam PBB juga akan diberikan.
Pakta CSTO berjangka waktu lima tahun dan bisa diperpanjang. Pada 1999, enam negara yakni Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, dan Tajikistan menandatangani perpanjangan perjanjian. Sementara Azerbaijan, Georgia, dan Uzbekistan tidak melanjutkannya sehingga mereka tidak lagi menjadi anggota CSTO.
CSTO kemudian menjadi perjanjian yang sangat penting dalam kerja sama antar negara anggotanya. Hingga pada 2002, CSTO mendaftarkan statusnya sebagai Organisasi Regional Internasional yang menyatukan negara demokratis independen. Sehingga anggota awal aliansi keamanan ini yaitu Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, dan Tajikistan.
Saat pertemuan CIS pada 7 Oktober 2002, para pemimpin dari keenam negara anggota menyetujui Piagam CSTO. Piagam ini terdaftar di PBB pada akhir tahun 2003 dan CSTO memperoleh status pengamatan di Majelis Umum CSTO.
Pejabat tertinggi CSTO dipegang oleh Sekretariat Jenderal. Pengangkatannya dilakukan 3 tahun sekali secara bergilir dari negara-negara anggotanya. Lokasi sekretariat aliansi satu ini berada di Moskow, Rusia.
Dilansir The Economist, CSTO bagi rusia tidak hanya sebuah aliansi keamanan biasa. Melainkan alat memperkuat cengkraman mereka di Asia Tengah untuk melawan gangguan dari Barat dan Tiongkok. Terlihat dari fasilitas militer dan pangkalan lainnya Negara Beruang Merah itu yang tersebar di negara-negara anggota.
Sebagai gantinya, negara anggota CSTO akan mendapatkan sejumlah keuntungan dari kerja sama dengan angkatan bersenjata Rusia, termasuk pelatihan dan penjualan senjata.
Tujuan didirikan dan tugas utama aliansi keamanan beberapa negara pecahan Uni Soviet ini tertuang dalam pasal-pasal Piagam CSTO.
Tujuan didirikannya aliansi ini termuat dalam Pasal 3 Piagam CSTO, yaitu untuk penguatan perdamaian, keamanan, dan stabilitas internasional dan regional, perlindungan atas dasar kolektif kemerdekaan, integritas teritorial dan kedaulatan negara anggotanya.
Tugas utama aliansi ini tercantum dalam Pasal 8 Piagam CSTO, yaitu:
Anggota CSTO berjumlah enam negara, yaitu Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia, dan Tajikistan. Sebelumnya, aliansi keamanan tersebut memiliki sembilan anggota.
Namun tiga negara lainnya, yakni Azerbaijan, Georgia, dan Uzbekistan, memilih tidak menandatangani perpanjangan lanjutan dari perjanjian. Sehingga ketiganya tidak lagi menjadi anggota CSTO.
Berdasarkan kabar terbaru yang dikutip dari Reuters, Perdana Menteri Armenia yaitu Nikol Pashiyan mengkonfirmasi bahwa negaranya akan meninggalkan CSTO. Hal itu diungkapkan olehnya pada 12 Juli 2024 lalu.
Dugaan CSTO bersama Azerbaijan telah merencanakan perang menyerang Armenia adalah penyebab Negara Sejuta Biara itu memilih hengkang dari aliansi pertahanan tersebut. Belum ada informasi lebih lanjut perihal waktu resmi keluarnya Armenia dari CSTO.
Nah, itu tadi sejarah berdirinya Pakta Pertahanan Keamanan Kolektif atau biasa dikenal Collective Security Treaty Organization (CSTO) beserta informasi lainnya.
