Nakita.id - Pada tahap awal kehidupan, anak masih sangat bergantung pada orang tua dalam hal buang air.
Namun, memasuki usia dua tahun, penting bagi orang tua untuk mulai melatih anak agar dapat mandiri dalam menggunakan toilet.
Proses ini dikenal sebagai toilet training.
Toilet training mencakup dua aspek utama, yaitu:
1. Kontrol Buang Air Besar (Bowel Control):
Anak mulai dapat dilatih setelah usia 18–24 bulan dan umumnya lebih cepat dikuasai dibandingkan buang air kecil.
Kebanyakan anak sudah bisa mengontrol buang air besar sepenuhnya pada usia tiga tahun.
2. Kontrol Buang Air Kecil (Bladder Control):
Proses ini membutuhkan waktu lebih lama karena sistem biologis anak masih berkembang.
Pada usia 18 bulan, anak sudah bisa menahan buang air kecil selama sekitar dua jam, tetapi umumnya kontrol penuh baru tercapai pada usia lima tahun.
Sebagian besar anak telah terlatih menggunakan toilet pada usia tiga tahun. Sekitar 84 persen anak sudah bisa tetap kering sepanjang hari, dan 66 persen tetap kering sepanjang malam.
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Toilet Training
Keberhasilan toilet training tidak hanya bergantung pada usia anak, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kematangan biologis, faktor genetik, kebiasaan sosial, serta kesiapan dalam memahami instruksi.
Proses ini membutuhkan waktu yang berbeda bagi setiap anak, sehingga orang tua perlu memahami bahwa tidak ada patokan usia pasti untuk keberhasilan toilet training.
Melatih anak agar mandiri dalam buang air harus dilakukan secara bertahap dan dengan penuh kesabaran.
Orang tua disarankan untuk memulai toilet training ketika anak menunjukkan tanda-tanda kesiapan, misalnya merasa tidak nyaman dengan popok yang basah, menunjukkan ketertarikan terhadap toilet, atau sudah bisa mengutarakan keinginan untuk buang air.
Proses ini akan lebih efektif jika dilakukan tanpa paksaan dan dengan pendekatan yang lembut serta penuh kasih sayang.
Pujian atas setiap perkembangan kecil sangat penting untuk meningkatkan rasa percaya diri anak.
Misalnya, ketika anak berhasil memberi tahu sebelum buang air atau mencoba menggunakan toilet sendiri, apresiasi dari orang tua akan memotivasinya untuk terus belajar.
Sebaliknya, menerapkan tekanan atau hukuman ketika anak mengalami kegagalan justru dapat membuatnya stres dan menghambat proses belajar.
Selain itu, konsistensi dalam melatih anak juga berperan besar dalam keberhasilan toilet training. Membiasakan anak untuk buang air pada waktu-waktu tertentu, mengenalkan rutinitas ke kamar mandi, serta menciptakan lingkungan yang mendukung akan membantu anak lebih cepat beradaptasi.
Dalam beberapa kasus, anak mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk menguasai kontrol buang air kecil dibandingkan buang air besar. Hal ini wajar karena secara biologis kandung kemih anak masih dalam tahap perkembangan.